Sinopsis Kluen Cheewit: Episode 1 part 2



Di sebuah sekolah, seorang bapak-bapak masuk ke ruangan Tiwadee, pacar Sathit, yang ternyata adalah guru. Tiw memberitahu bapak itu kalau dia sedang menunggu pacarnya, tapi sudah jam segini pacarnya belum datang juga. Bapak itu mengatakan pasti sebentar lagi datang dan ia memberikan sebuah buku dari anak murid untuk dikasikan ke Tiw. Tiw heran kenapa muridnya tidak langsung menemui dia saja, iapun melihat isinya dan tulisannya sama semua (gak tahu tulisannya apa, mungkin permintaan maaf). Tiw curiga, dia meminta bapak itu memberitahunya dimana pemilik buku ini dan muncullah Sathit dari balik pintu dengan tersenyum sangat manis pada Tiw.

Ia mengangkat tangannya dan mengaku salah. Tiw lalu bertanya apa yang harus dia lalukan dengan buku ini. Sathit mengatakan, seorang guru pernah mengajarkannya jika seseorang mengakui kesalahannya dan meminta maaf, mereka harus memaafkannya. Tapi Tiw mengatakan seorang pengacara pernah bilang padanya bahwa orang yang salah harus menerima hukuman sebelum dimaafkan. Pukk.. Tiw langsung memukul kening Sathit dengan buku itu. Tiw pura-pura ngambek karena terlambat dijemput. Sathit memberitahunya ia telat karena ada kecelakaan tadi pagi makanya jadi seperti ini. Wajahnya masih nampak kesal dengan kelakuan Jee.




Sementara itu di sebuah party, P’Suki mengenalkan Jee dengan orang-orang penting. Pim yang juga ada disana memandang Jee dengan kesal + iri. Dari salah satu ruangan, seorang pria (tamu di fashion show Jee) memperhatikan Jee dengan wajah tersenyum penuh maksud. Wajahnya berubah kesal saat Khun Ying Jariya (istrinya) menelpon. Sepertinya pria itu orang yang cukup berpengaruh, karena istrinya menanyakan dia ada dimana, dia harus menutup acara amal sebentar lagi. Pria itu mengatakan dia tak akan pergi dan menyuruh istrinya yang menutup acara. Cari alasan yang membuatnya tetap terlihat baik. Istrinya itu orang yang pandai berpura-pura, jadi ini tugas yang mudah. Setelah mengatakan itu, si Pria langsung memberikan poselnya pada ajudannya. Pria yang bernama Khun Sitta itu tampak tak mau diganggu sedikitpun. Melalui ajudannya, khun Ying menanyakan dimana khun Sitta, karena dia mendengar suara music.

Saat si ajudan memberitahu mereka lagi ada di pesta fashion show, khun Ying langsung kaget menanyakan apakah Jeerawat juga ada disana. Belum sempat mendengar jawaban, seorang wanita memanggil khun Ying, menanyakan Khun Sitta. Sambil tersenyum manis, khun Ying memberitahu kalau khun Sitta tidak bisa hadir karena urusan mendesak. Sebagai permintaan maaf khun Sitta mendonasikan 5 juta Bhatt, dan dia yang akan menutup acara.



Sathit dan Tiw makan malam berdua. Sathit menceritakan kecelakaannya tadi pagi dengan Jee. Tiw merasa Sathit itu beruntung bisa bertemu dengannya, tapi Sathit tidak setuju, apa beruntung bertemu seorang artis bad mannered seperti dia? Sathit masih kesal sekali sampai Tiw menegurnya. Sathit pun berjanji takkan membicarakannya lagi dan lanjut makan. Tapi saat dia ingin ngambil pork, Tiw langsung menahan sumpitnya dan mengomel kalau dia itu semakin gemuk, kancingnya saja sudah mau copot begitu HAHAHHA. Mulai sekarang dia cuma boleh makan sayur. Sathit menyangkal, Tiw langsung mengingatkan saat mereka fitting baju pengantin kemarin celana Sathit sudah tidak muat lagi. Sathit tak bisa mengelak lagi HAHAHAH. Dia kemudian ditelpon seseorang, sepertinya ada urusan penting sehingga Sathit harus pergi.



Di pesta, P’Suki dengan antusias mengabarkan Jee kalau produser Korea menyetujui Jee tampil di music video mereka. Produser lain juga ingin… Jee langsung memotong omongan P’Suki, ia mengatakan dia tak mau mendengarnya dan minta P’Suki yang menghandle semua, terserah mau film apapun, Chinese kek, Korea, Jepang, Perancis.. asalkan dia dapat uang. Tapi sekarang dia capek, dia mau pulang dan istirahat. P’Suki mengerti, ia menawarkan Stefan menyetir untuk Jee, tapi Jee menolak mengatakan ia tidak mabuk.


Saat di parkiran, ketika Jee hampir sampai di mobilnya, muncullah sekelompok pria dengan pakaian rapi mencoba mendekati Jee, dan salah satu pria itu adalah khun Sitta. Khun Sitta mencoba merayu dan memerangkap Jee, saat dia lengah Jee langsung melepaskan cengkraman khun Sitta dan mengambil taser untuk mengancam mereka. Tapi khun Sitta tak takut dan balik mengancam Jee, dia mengatakan pekerjaan Jee tak sebaik itu, dia menunjukkan kulitnya ke semua lelaki dan juga menunjukkannya padanya. Terus apa bedanya? Jee membalas, bedanya dia tak seburuk itu untuk menunjukkannya pada suami ibunya. OMG, ternyata khun Sitta adalah ayah tiri Jee.

Jee menyuruh khun Sitta pergi sebelum dia memanggil reporter dan mengekspos bagaimana seorang pengusaha perhiasan (Khun Sitta adalah sponsor fashion show itu) yang dipuja-puja karena banyak membantu masyarakat ternyata benar-benar hina ingin menjadikan anak tirinya sebagai istrinya. Jee semakin berani dan akan menyetrumkan taser itu ke khun Sitta, khun Sitta mundur tapi ia mengkode para pengawalnya untuk menangkap Jee, dan tentu saja berhasil karena pengawalnya ada tiga. Tiba-tiba pengawal satunya mengeluarkan suntikan obat untuk membuat Jee tak sadarkan diri dan langsung menyuntik Jee. Khun Sitta sengaja melakukannya agar ia bisa bersenang-senang dengan Jee. Jee yang takut sekaligus terdesak akhirnya menendang khun Sitta dan menyetrum pengawalnya lalu berlari masuk mobil dan bergegas pergi.



Sathit mengantarkan Tiw ke halte, ia meminta maaf tak bisa mengantarkan Tiw sampai rumah karena urusan mendadaknya. Tiw tak apa-apa. Sathit berjanji dia akan menelpon setelah sampai di kantor nanti, dan saat ia mau masuk mobil, langkahnya berhenti dan balik lagi memeluk Tiw dari belakang. Ia khawatir kalau Tiw pulang sendiri. Tiw menyakinkannya, ia bisa menjaga diri. Sathit lah yang seharusnya khawatir pada dirinya sendiri, dia bilang tidak ada luka saat kecelakaan tadi pagi, tapi ada memar di dahinya. Tuingg, Sathit meringis karena Tiw menekan memar di dahinya itu. Dengan penuh perhatian, Tiw mengingatkan Sathit untuk minum obat setelah sampai kantor nanti, kalau masih sakit pergi ke dokter saja. Sathit mengiyakannya. Tiw protes karena dia selalu bilang iya, tapi nyatanya selalu lupa. Keras kepala kalau disuruh minum obat. Andai dia disana dia bisa memaksa Sathit, tapi kalau dia tidak ada siapa yang akan memaksa Sathit? Sathit kaget mendengar kata-kata Tiw, ia yakin Tiw takkan meninggalkannya. Ia sudah pasang reminder jadi dia takkan lupa minum obat seperti pesan Tiw. Sambil mencubit gemas pipi Sathit, Tiw menyuruhnya cepat pergi dan bahkan mendorong-dorongnya, terpaksalah Sathit pergi meskipun nampak jelas ia belum mau pergi meninggalkan Tiw.


Anak buah Sitta mengikuti mobil Jee dari belakang. Jee yang takut mencoba mengemudikan mobilnya dengan cepat tapi akibat obat yang disuntikkan tadi pandangannya mulai kabur. Ia pun menelpon P’Suki untuk minta bantun, ia tak bisa berhenti karena pengawal Khun Sitta pasti akan menangkapnya. P’Suki yang khawatir langsung memanggil Stefan dan pergi dengan terburu-buru sampai tak sadar kalau Pim melihat mereka.



Jee mencoba untuk tetap sadar, tapi pandangannya sudah semakin memburuk. Sementara itu di kantor, Sathit menelpon Tiw. Tiw masih menunggu taxi. Kemudian Tiw melihat ada dua mobil di depan , tapi ia tak yakin itu taxi atau bukan karena jalanan yang memang agak gelap. Ternyata benar itu taxi. Saat Tiw maju kedapan untuk menyetop taxi itu, taxi itu tidak berhenti karena sudah ada penumpang. Dan dibelakang taxi itu adalah mobil Jee yang kemudian menabrak Tiw. Tiw berteriak, tubuhnya terhempas jatuh ke aspal. Telepon masih belum terputus sehingga Sathit bisa mendengar itu dan juga mendengar suara ketakutan Jee memanggil2 Tiw dan meminta maaf padanya. Kepala Tiw sudah bersimbah darah, Jee mencoba sekuat tenaga untuk tetap sadar dan untunglah tepat saat itu P’Suki dan Stefan datang. Jee langsung tak sadarkan diri.


Sathit sudah sampai di lokasi kejadian. Ia shock melihat ambulance sudah ada disana dan berteriak memanggil2 Tiw. Ia mencoba menerobos masuk, tapi tak diizinkan oleh polisi yang berjaga. Salah seorang polisi menoleh kearah Sathit. Sathit mengenalnya dan langsung berlari menanyakan apa yang terjadi. Polisi yang bernama Chait itu memintanya untuk tenang, Sathit terus berteriak menanyakan dimana Tiw. Wajahnya sangat terkejut saat Chait terdiam cukup lama untuk menjawab pertanyaannya.


Scene beralih di rumah sakit, dimana Sathit dan ibu Tiw sudah ada disana. Dokter keluar dari ruangan Tiw dan memberitahu kondisi Tiw yang lumayan parah. Kepalanya terluka, ada pendarahan di otaknya. Dia harus dioperasi sekarang. Mendengar itu ibu Tiw langsung pingsan.



Beberapa jam kemudian, dokter keluar dari ruang operasi. Operasinya sudah selesai tapi mereka harus menunggu dan lihat kondisinya di ruang ICU. Sathit dan ibu Tiw sedikit lebih lega mendengarnya. Kemudian Sathit meminta ibu Tiw menunggu, tapi dia tak memberitahu kalau dia pergi ke kantor polisi. Dia langsung menemui Chait menanyakan dimana orang yang menabrak Tiw. Chait memintanya tenang, tapi Sathit tak bisa, bagaimana kalau pacar atau saudara Chait ada dalam kondisi kritis seperti Tiw, apa dia juga bisa tenang? Chait memintanya tidak emosi, si pelaku tidak akan pergi, dia akan bertanggung jawab penuh. Sathit terkejut mengetahui Chait menyebut pelakunya laki-laki dan mengatakan pelakunya bukan laki-laki itu tapi seorang wanita.


Di dalam, Stefan sibuk menjelaskan kejadian perkaranya pada polisi saat tiba-tiba Sathit masuk dan mengenali Stefan sebagai supirnya Jee. Sathit ingat betul bukan Stefan pelakunya, karena dia sama sekali tak mendengar suara laki-laki saat dia menelpon Tiw. Dia memaksa Stefan untuk jujur dimana pelaku yang menabrak Tiw. Stefan yang tampak ketakutan tetap mengatakan dia yang menyetir, sampai Sathit emosi dan hampir saja membuat onar di kantor polisi yang sudah ada beberapa reporter disana. Chait menarik Sathit, ia lantas bertanya, wanita apa? Sathit menjelaskan, sebelum Tiw tertabrak dia menelpon Tiw dan mendengar suara wanita dari telpon, mengatakan maaf tak bermaksud melakukannya. Dimana wanita itu? Dimana? Teriak Sathit meremas baju Stefan. Chait yang juga kesal dengan Sathit terpaksa menariknya keluar. Reporter yang ada disanapun menelpon atasannya mengabarkan berita ini.



Di kantor, Chaiyan bertemu dengan sang produser lakorn, mertuanya, yang ingin Chaiyan menambah 10 episode lagi karena rating yang meroket. Tepat saat itu juga, Piak datang. Ia menolak usul itu, menurutnya lebih baik cepat selesaikan lakorn-nya daripada membuang waktu untuk menambah script, karena sekarang ‘sayap nang ek nya sudah patah’. Piak langsung menunjukkan berita tentang Jee. Dia mengatakan dia bahkan belum sempat membalas Jee karena berusaha mencuri suaminya, tapi lihat apa yang terjadi, karma datang sangat cepat.

Saat itu juga, Chaiyan menelpon P’Suki, mengkonfirmasi apakah berita itu benar atau tidak. Ia langsung memberitahu khun Por, ayah Piak, kalau berita itu salah. Semalam Jee tidak menyetir, dia balik ke apartemen dengan P’Suki. Piak kesal melihat Chaiyan yang begitu mengetahui tentang Jee. Memangnya sudah berapa bulan Chaiyan syuting bersama dengan Jee? Darimana Chaiyan bisa punya waktu untuk mengenal Jee sebaik itu? Chaiyan kesal dengan sikap Piak, bukankah dia sudah berulangkali bilang kalau dia dan Jee sudah kenal sejak mereka kuliah, dan dia tidak melakukan apa yang orang-orang gosipkan tentangnya. Piak masih saja tak percaya, sampai ayahnya melerai mereka dan memutuskan untuk tetap menambah episode lakorn karena Jee tidak bersalah. Ayah Piak sepertinya orang yang baik, hanya karena Piak itu anaknya bukan berarti ayahnya harus menuruti Piak tanpa peduli mana yang benar dan mana yang salah.

Piak tak setuju, menurutnya ini bukan cuma soal berita tapi ini tindakan criminal. Tindakan criminal bagi salah satu keluarga mereka. Orang yang ditabrak artis ayahnya itu adalah Tiwadee, pacar Sathit. Chaiyan dan khun Por sama-sama terkejut.



Chaiyan akan pergi tapi dihentikan oleh Piak. Piak mengomel tanpa peduli seluruh karyawan yang memperhatikan mereka. Chaiyan berusaha menyadarkannya, tapi Piak tak puas sebelum mendapatkan jawaban untuk apa Chaiyan mengirim bunga pada Jee. Berusaha menahan amarah, dan untuk kesekian kalinya Chaiyan mengatakan pada Piak kalau dia dan Jee hanya teman lama. Semua yang ia lakukan hanya sebagai teman. Piak tetap tak percaya. Kartu yang Chaiyan tulis bahkan lebih manis daripada apa yang ditulisnya untuk istrinya sendiri. Apa ini yang namanya teman? Chaiyan tak habis pikir melihat perubahan Piak, sebelumnya Piak tak pernah seperti ini. Piak dengan nada tinggi membenarkannya, sebelumnya dia adalah istri yang baik, tinggal di rumah dan membiarkan suaminya bekerja dengan ayahnya. Tapi apa Chaiyan tahu apa yang orang-orang gosipkan tentangnya? Kalau dia adalah produser yang murah hati, memberikan suaminya pekerjaan sekaligus kekasih. Dia takkan membiarkan siapapun memanggilnya bodoh lagi. Chaiyan tak ingin bertengkar dengan Piak dan memutuskan pergi tapi Piak tetap menuduh Chiayan ingin mengeluarkan Jee dari penjara, tapi ia menantang apakah Chaiyan bisa melawan Sathit? Siapkan saja waktu untuk mengunjungi Jee di penjara.

0 komentar:

Posting Komentar